Rabu, 11 Februari 2009

Persija Tundukkan Sriwijaya FC



Salam Sport Zone!

Partai Big Match mempertemukan Sriwijaya FC dan Persija Jakarta yang berlangsung kemarin sungguh luar biasa. Pertandingan yang berlangsung di Stadion Gelora Sriwijaya Jakabaring tersebut berakhir dengan dramatis. Sriwijaya kalah 1-2 dari Persija.

Permainan menyerang yang diterapkan anak-anak asuhan Rahmad Darmawan ini, ternyata tidak dapat membuat Sriwijaya FC merebut point penuh pada partai ini. Tertinggal 1-0 dari persija di babak pertama hasil besutan Greg Nwokolo, laskar wong kito akhirnya mampu menyamakan kedudukan pada babak kedua menit ke-57. Skor 1-1 yang diperoleh dari tendangan kotak pinalti, sukses dieksekusi oleh Keith Kayamba Gumbs.

Peluang demi peluang sebenarnya banyak didapatkan oleh Laskar Wong Kito tersebut, namun nampaknya dewi fortuna lebih berpihak kepada Macan Kemayoran Persija. Kesalahan komunikasi penjaga gawang Sriwijaya FC Dede Sulaiman dengan pemain belakangnya dimanfaatkan oleh pemain yang memang sudah diisyaratkan untuk selalu diwaspadai, Greg Nwokolo kembali mengoyak gawang Sriwijaya FC dan menutup pertandingan dengan skor 2-1.

Kemenangan Persija memang sudah diprediksikan, paling tidak hal ini terungkap dari perbincangan Trijaya FM denga koordinator lapangan (korlap) Jakmania Richard yang dihubungi via telp dalam program Sport Zone edisi Sabtu 09 Agustus 2008.

“Kami yakin, walaupun ini adalah partai tandang dan Stadion Gelora Sriwijaya akan dipenuhi supporter Sriwijaya FC, Bepe (sebutan untuk Bambang Pamungkas) dkk akan mampu meraih point dan tetap bisa mempertahankan rekor tak terkalahkan dalam Liga Super Indonesia 2008 dan saya prediksi skor akhir adalah 2-1 untuk Persija” Ungkapnya dengan penuh Keyakinan.

Namun, apa pun yang akan terjadi supporter Sriwijaya FC tetap selalu menjaga persatuan dan keamanan selama pertandingan berlangsung. Hal ini lah yang diisyaratkan oleh Ketua Umum Sriwijaya Mania, Marthin. Berbicara melalui telp ketika ditanya hal terburuk sekalipun (kekalahan SFC-red), ia meyakini rekan-rekan supporter tidak akan melakukan aksi anarkis dan tetap akan menjaga nama baik SFC dan supporter Sriwijaya mania.

Terus berjuang Sriwijaya FC………..(joe)

OKU Timur Pos Terbit Perdana


MARTAPURA - Perkembangan Koran local yang dilakukan Sumatera Ekspres Group terus dilakukan. Kalau sebelumnya daerah Linggau, Prabumulih, Lahat, Oku Muara Enim, Muba dan Banyuasin, kemarin giliran OKU Timur. Harian umum OKU Timur Pos kemarin dilounching, dengan penandatangan plakat oleh Bupati OKUT H Herman Deru SH MM di Lapangan Koni Gumawang, Kecamatan Martapura. Acara ini juga dimeriahkan dengan jalan sehat HUT OKUT ke-5.
Kegiatan yang dihadiri ribuan warga ini juga dihadiri Wabup OKUT HM Kholid Mawardi, Kapolres OKUT AKBP Drs Yosi Haryoso, Sekda OKUT Tugiyo Pranoto, SH, dan pejabat lainnya. Untuk manajemen Sumatera Ekspres hadir Wakil Manager H Subki Sarnawi, Kabag Umum dan SDM Anwar Rasuan, Manajer Keuangan Muwarni, Manager Iklan Yunita Ayu, Pemasaran A Rosidi dan sejumlah GM Sumatera Ekspres Group.
Subki Sarnawi mengatakan, kehadiran OKU Timur Pos diharapkan
menjadi bagian pendorong pembangunan daerah. ''Koran ini menekankan berita lokal yang diharapkan mampu memberikan informasi ke masyarakat. OKU Timur memiliki potensi besar dan keberadaan media lokal sangat mendukung dalam upaya pembangunan,'' terangnya.
Sementara itu, Bupati OKUT H Herman Deru menyatakan kegembiraannya atas hadirnya OKU Timur Pos. ''Keberadaan media lokal akan menjadi sarana kritik konstruktif sebagai alat kontrol sosial
demi tercapapainya pembangunan yang lebih baik,'' katanya. (45)

90 Persen Jalan Provinsi Di OKU Timur Rusak

PALEMBANG – 90 persen jalan provinsi di OKU Timur mengalami kerusakan dan telah berlangsung selama tiga tahun. Pihak pemerintah provinsi sendiri belum maksimal dalam melakukan perbaikan.

Demikian pernyataan Bupati OKU Timur Herman Deru, Saat pertemuan tertutup dengan Gubernur Sumsel Alex Noerdin pagi ini (19/11) di Kantor Gubernur.

Dia mengatakan jalan provinsi di daerahnya sepanjang 270 km 90 persen mengalami kerusakan. Perbaikan pemerintah provinsi selama ini hanya tambal sulam dengan anggaran 4 Milyar pertahun. Sedangkan kebutuhan total mencapai 50 Milyar.

“Kerusakan tersebut berada di wilayah gunung batu – pemetung sepanjang 105 km dan diwilayah Dabuk Rejo – Kurungan Nyawa sepanjang 100 km” Ungkap Herman Deru.

Akibat kerusakan ini sangat mempengaruhi pertumbuhan perekonomian OKU Timur karena merupakan jalur vital bagi daerah lumbung padi ini.

Pihaknya mendesak gubernur Sumsel Alex Noerdin untuk segera merealisasikan pembangunan jalan provinsi di daerahnya.

Sementera, Gubernur Sumsel Alex Noerdin kepada Trijaya menegaskan bahwa pemprov akan segera memperbaiki jalan provinsi yang rusak tidak hanya di OKU Timur.

“Akan saya perbaiki semua jalan provinsi tetapi secara bertahap” Kata Mantan Bupati Muba ini.

Kepala Dinas PU Bina Marga Edi Hermanto beberapa waktu lalu juga mengatakan akan membangun jalan provinsi Betung - Sekayu dengan anggaran biaya yang diperlukan sekitar 90 Milyar. (Fatur/Trijaya)

Kamis, 05 Februari 2009

HOT News SMSZip



SMS-an lebih asik, hemat dan aman dengan SMS ZIP. Lebih asik dan hemat, cukup 1 SMS bisa ketik sampe 200 karakter (hemat 25% dibanding SMS biasa). Layanan ini dapat digunakan di kartu semua kartu Indosat (Matrix, Mentari, IM3, dan Starone), dan juga bisa ke semua operator. Aplikasi lebih aman karena bisa dipassword dan gak sembarang orang bisa buka.

Cara menggunakan SMS ZIP:

1.Pastikan HP kamu support Java™.

2.Pastikan setting GPRS sudah benar.

3.Download aplikasi di http://wap.indosat.com/sms_zip.php (akses melalui handset)

4.Download dan install di hp-mu (biaya GPRS Rp 1.1/KB) *

5.Aplikasi SMS ZIP bisa langsung kamu gunakan untuk kirim pesan. **

6.Aplikasi bisa di-password untuk keamanan.

Kamu juga bisa menginformasikan layanan ini ini ke teman-teman melalui menu rekomendasi pada aplikasi.* sudah termasuk PPN
** pengirim dan penerima harus sudah menginstall aplikasi di handset nya.

Tarif
Menggunakan SMS ZIP, tarif tetap seperti SMS yang berlaku, tidak ada tarif tambahan dan biaya berlangganan.

MDP-NET : Internet Service Provider Termurah di Palembang?

Beberapa hari belakangan ini, MDP-NET sibuk mempromosikan layanannya di berbagai surat kabar di Palembang. Selama ini memang MDP-NET dikenal kurang mempromosikan produknya bila dibandingkan dengan kompetitor lainnya seperti ElnusNet yang setiap hari selalu memasang iklannya di koran. Namun kali ini MDP-NET langsung menggebrak pasar dengan memberikan harga hanya Rp 199.000 untuk akses internet dedicated atau lebih murah sekitar Rp 100.000 dari ElnusNet. Adapun bandwidth yang didapat oleh customer adalah CIR 64 Kbps (up to 512 Kbps) atau cocok untuk keperluan Home Personal. Di samping itu alat atau radio wireless yang digunakan untuk menangkap sinyal dari pemancar MDP hanya Rp 1.500.000. Jadi total biaya yang harus dikeluarkan untuk menikmati akses internet sepuasnya Rp 1.699.000 saja.

Coba bila kita bandingkan dengan ISP ElnusNet yang mematok harga Rp 300.000 untuk bandwidth yang sama dengan harga radio wireless dua kali lebih mahal dari pada milik MDP Net atau Rp 3.000.000.

Namun disisi lain, pelanggan Speedy tetap mendominasi pasar internet di Palembang, selain harga yang cukup terjangkau Rp 200.000 untuk kuota 1 GB atau 50 jam juga karena bandwidth-nya cukup besar. Dan kita tidak perlu membeli radio wireless. Dan karena adanya pembatasan pemakaian dalam Speedy saya rasa, masih tetap murah untuk berlangganan dedicated internet ISP.

Sejarah Sekolah Tinggi Musi Palembang



Sekolah Tinggi Musi merupakan persiapan berdirinya Universitas Katolik Musi di Palembang atas gagasan yang dicetuskan pertama kali dalam pertemuan Ikatan Sarjana dan Cendikiawan Katolik Indonesia (ISKA) cabang Palembang tahun 1986.

Selanjutnya, atas prakarsa dr. Hardi Darmawan, MPH., TM., FRSTM, dan Romo Drs. Al. Soedarso, MA, SCJ (sekarang menjabat sebagai Uskup Agung Palembang), yang didukung oleh Mgr. J.H. Soudant, SCJ serta para umat simpatisan, dimulailah serangkaian kegiatan-kegiatan untuk mendirikan Universitas Katolik di Palembang. Maka pada tanggal 20 September 1990 dibentuklah Panitia Persiapan Universitas Katolik (UNIKA) yang di ketuai oleh dr. Hardi Darmawan, MPH., TM., FRSTM, dan kemudian menjadi Yayasan Musi.

Usaha dan kerja keras dari para pengurus yayasan yang tidak mengenal lelah, akhirnya mulai membuahkan hasil dengan keluarnya surat keterangan dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi No. 205/DIKTI/Kep/1992 pada tanggal 01 Juni 1992 yang memberikan status terdaftar untuk Sekolah Tinggi Teknik (ST) Musi. STT membuka program Strata Satu untuk Jurusan Arsitektur dan Jurusan Teknik Manajemen Industri. Pada tanggal 26 April 1993, STIE Musi menerima Status Terdaftar untuk Program Studi Strata Satu (S 1) Jurusan Akuntansi dan Jurusan Manajemen, berdasarkan SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 49/D/0/1993.

Peresmian Gedung Sekolah Tinggi Teknik Musi oleh Mgr. J.H. Soudant, SCJ

Rabu, 04 Februari 2009

Belitang , Desa ku yang kurindukan



Mungkin banyak orang yang belum pernah mendengar nama desaku ini. Belitang terletak di sumatera bagian selatan , tepatnya di OKI Timur. Rindu rasanya kembali ke Belitang . Kudengar sudah banyak perubahan di Belitang. Karena hamper empat tahun , aku tidak pernah pulang ke Belitang. Bukan tidak mau pulang , tapi ada hal yang membuat aku tidak bisa pulang ke sana. Walau di Belitang tidak ada mall , shopping centre, plaza, ataupun tempat perbelanjaan yang hebat, bahkan bioskop pun tak ada namun Belitang tetap kurindukan . Mungkin karena disana aku dilahirkan dan dibesarkan selama 17 tahun.

Setiap musim mudik tiba , iri rasanya melihat orang berbondong-bondong pulang ke kampong . Meski banyak yang mencibirkan hal ini , tapi pulang kampung tetap saja asyik untuk dilakukan . Ada keasyikan sendiri .

Banyak teman smu ku mempunyai ide untuk mengadakan reuni. AKu bersekolah di SMU Xaverius Belitang angkatan thn 1997-2000. Ku dengar SMU Xaverius kini sudah berbeda dengan yang dulu . Bukan hanya dari susunan pengurus nya tapi juga bangunannya. Benar atau tidak , aku pun tak tau . Karena aku sendiri belum pernah melihat sekolah ku itu sejak tahun 2004 . Tahun terakhir aku pulang ke Belitang.

Ingin rasanya reuni ini cepat terlaksana agar aku dapat bertemu dengan teman-teman ku dan guru-guru ku di smu dulu. Kapan ya reunion….kok guru-guru gak pada punya ide sih…….

Post
SRI OCTAVIA (Fusiang)

Senin, 26 Januari 2009

ALUMNI SMU Xaverius I BELITANG



Tak terasa waktu berjalan begitu cepatnya. Dulu kita yang selalu bersama dalam suka dan duka. Kini kita saling berpisah tanpa tahu kemana dan keadaan teman-teman kita. Dulu kita yang selalu bersama dalam canda dan tawa, sambil menunggu pelajaran dimulai. Dulu kita yang selalu bersama duduk di depan kelas, di kantin sambil menunggu pelajaran dimulai. Kini kita saling berpisah tanpa tahu kemana dan keadaan teman-teman kita.
Untuk itulah, kami mencoba membuat situs ini, untuk menobati rasa kangen dengan teman-teman semua, agar kita masih bisa saling bercerita tentang pengalaman kita selama ini. Dan saling mengenang akan pengalaman indah kita selama masih menuntut ilmu di SMU Xaverius I BELITANG yang kita cintai.

Mari kita ramaikan situs ini agar pesahabatan, persaudaraan dan kekompakan kita tetap terjaga. Salam kangen untuk teman-teman semua.

yang merasa alumni yuk gabung....
emailku: pulcrham_09yahoo.co.sg

Sekilas Tentang Kampungku, Belitang

Prayogo: Ajeng teng pundi mbah?
Mbah Bejo: Ajeng teng saben le, niki ajeng nanem polowijo.
Prayogo: Monggo mbah, kulo rumiyien.

Pasti anda berpikir bahwa sepenggal percakapan di atas di lakukan di sebuah desa di daerah Jawa Tengah atau daerah Jawa yang lain. Kalau memang itu yang ada di benak anda, ternyata anda salah besar. Percakapan itu dilakukan di sebuah desa di daerah Belitang OKU Sumatera Selatan, kampung kelahiranku. Maka jangan heran kalau anda datang ke Belitang yang merupakan lumbung padi di Sumatera Selatan, banyak sekali di temukan orang-orang Jawa. Mereka adalah orang-orang transmigran. Para transmigrasi tersebut tiba di daerah Belitang melalui program kolonisasi massal yang dilakukan pemerintah Belanda pada tahun 1930-an. Dan kebanyakan orang Jawa yang benar-benar giat bekerja keras menjadi sukses, dan makmur hidupnya. Karena masyarakat Jawa sendiri memiliki filosofi sepi ing pamrih, rame ing gawe, yaitu menekankan pentingnya kerja nyata tanpa banyak mengeluh.

Soal bahasa, banyak bahasa yang di gunakan di daerah ini. Selain bahasa Melayu-Palembang dan bahasa Indonesia, bahasa Jawa menjadi salah satu bahasa percakapan sehari-hari di perkampungan Belitang. Penduduk asli suku Komering atau berbagai suku pendatang dari daerah lain yang menetap di daerah pertanian ini, juga cukup mahir berbahasa Jawa. Selain itu banyak nama-nama penduduk yang mengacu pada peristilahan khas Jawa yang singkat dan berakhiran “O”. Misal kalau nama: prayogo, suswanto, sutikno, sudarsono, painem, paijem, sutrisno dan lain sebagainya. Begitu juga dengan penamaan desa, karena banyak desa di Belitang di buka dan di dirikan oleh orang-orang trans (Jawa) maka nama-namanya-pun menggunakan nama Jawa. Seperti; Tawang Rejo, Bangun Harjo, Sido Mulyo, Donoharjo, Sido Dadi, Banyumas, Tegalrejo, dan seterusnya dan seterusnya.

Sebenarnya kita bisa membedakan mana orang asli (Komering) atau mana penduduk pendatang (transmigrasi). Sebagai contoh, orang asli Komering memakai nama Cik Aman, Tando Kowi, Mardiana, Marniah, Daniel, Galung dan lain-lain. Begitu juga untuk penamaan sebuah desa. Kalau yang mendirikan itu orang asli Komering mereka menggunakan nama; Rasuan, Sukarame, Minca Kabau, Campang Tiga, Way Halom dan lain-lain. Jadi, kalau kita jeli, kita bisa melihat apakah dia asli orang Komering atau orang pendatang. Dengan cara mengenali nama orang dan atau bisa juga dengan nama desanya. Salah satu contoh soal bahasa, kalau saya di rumah (kampung) dalam kehidupan sehari-hari saya menggunakan tiga bahasa. Di dalam rumah/keluarga, saya menggunakan bahasa Jawa, akan tetapi kalau saya keluar dari rumah, saya menggunakan bahasa Komering dan bahasa Palembang. Soal nama, terlihat sekali kalau saya orang ”Palembang Bajakan”, begitu suatu kali teman berucap kepada saya. Atau ada istilah untuk orang-orang Jawa yang lahir di Sumatera, yakni Pujakusuma (Putra Jawa Kelahiran Sumatera). Apalagi nama saya berakhiran ”O”, Prayogo. Walaupun begitu, saya tetap merasa kalau saya orang Sumatera (Belitang).

Sekilas tentang Belitang
Belitang adalah satu dari 16 kecamatan yang ada di Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Timur (setelah dilakukan pemekaran/otonomi daerah). Karena sebelum adanya otonomi daerah dulu hanya ada OKU, tidak ada yang namanya OKU Timur, OKU Selatan, dan sebagainya. Kecamatan Belitang yang beribu kota Gumawang berjarak sekitar 360 kilometer dari ibu kota Sumatera Selatan, Palembang. Sementara Belitang sendiri terdiri dari Belitang I, Belitang II dan Belitang III. Hampir seluruh wilayahnya dipenuhi hamparan padi yang tumbuh subur dan hijau. Mata semakin sejuk memandang dengan aliran air Irigasi Upper Komering yang sehari-sehari menyirami ribuan hektare persawahan. Untuk Belitang sendiri penduduknya mencapai 54.000 KK. Dan dari segi infrastruktur, Belitang sudah memiliki perbankan, pendidikan, pertanian. Bahkan untuk sektor pendidikan di Belitang sudah ada hingga strata S2.

Budaya
Belitang merupakan salah satu basis pelestarian budaya Jawa di Sumatera yang masih kuat hingga sekarang. Berbagai pertunjukan seni tradisional masih terus digelar, seperti reog, jatilan, ketoprak, dan wayang kulit. Soal wayang kulit, dari sekitar 100 dalang Wayang Purwa yang ada di Sumsel, sebanyak 67 dalang tinggal di daerah Belitang. Sementara untuk budaya suku asli sendiri sudah hampir tidak terlalu menonjol. Sejauh yang penulis ketahui, sampai saat ini budaya suku asli yang masih ada hanyalah ”runcak-runcakan” atau lebih populer di kenal dengan sebutan ”lempar selendang”. Namun secara garis besar, budaya di Belitang lebih di dominan oleh budaya orang-orang pendatang (transmigrasi).

Pertanian
Belitang memiliki sawah beririgasi teknis cukup luas, yakni lebih dari 26.000 ha. Tak heran kalau Belitang merupakan daerah persawahan beririgasi teknis terluas di provinsi Sumatera Selatan. Dari hasil pertanian, Belitang sendiri menghasilkan 1,5 juta ton hingga 1,8 juta ton gabah kering giling, dari dua juta ton yang dihasilkan oleh Sumsel setiap tahunnya. Selain persawahan, Belitang juga banyak ladang. Di ladang para petani menamam, rambutan, durian, sayur mayur, singkong, kedelai dan lain sebagainya. Namun secara geografis, sebenarnya tanah di Belitang mayoritas persawahan. Persawahan yang terletak sekitar 40 kilometer timur laut Martapura, ibu kota Ogan Komering Ulu Timur, itu semakin berkembang dan produktif ketika mendapat limpahan irigasi teknis dari Bendung Perjaya. Menariknya, Bendungan Perjaya yang di bangun pada masa pemerintahan Soeharto tersebut sampai sekarang belum juga di resmikan. Dulu pada saat Megawati menjabat sebagai orang nomer satu di negeri ini berencana mau meresmikan, namun karena satu dan lain hal, rencana tersebut batal. Walaupun belum di resmikan, akan tetapi untuk pengoperasionalan Bendungan Perjaya tetap jalan terus.


Masyarakat di Belitang lebih suka menyebut daerah pertanian sesuai dengan areal pembagian air dari Sungai Komering, mulai dari Bangunan Komering (BK) 1, BK 2, BK 3, sampai dengan BK 35. Masing-masing BK merupakan bangunan irigasi sekunder yang dilengkapi pintu-pintu pengatur. Di Belitang setiap desa rata-rata memiliki lebih dari 10 mesin penggiling padi.

Sekedar informasi bahwa duku Palembang yang terkenal dengan manisnya tersebut, yang banyak di jual di jalanan Jakarta sebenarnya bukan dari Palembang (Kota). Akan tetapi duku tersebut berasal dari sebuah desa yang bernama Rasuan, sebuah desa yang tak jauh dari Belitang. Desa tersebut di huni oleh penduduk asli, suku Komering. Begitu juga dengan durian, yang asalnya dari Rasuan. Mungkin supaya enak saja menyebutnya, karena kalau di sebut durian atau duku dari Rasuan, pasti orang tidak akan kenal dan bertanya-tanya, Rasuan, daerah mana itu?. Tetapi kalau di sebut duku atau durian dari Palembang, pasti semua orang kenal. Kalau lagi musim duku dan durian, dikampung saya harganya jauh lebih murah di banding di sini. Untuk durian satu bijinya hanya di hargai sekitar 3.000-5.000 perak, murah bukan. Coba bandingkan dengan di sini, satu biji bisa 10 ribu hingga 25 ribu. Ah….kalau lagi musim duku dan durian seperti ini, jadi ingin pulang kampung.

Perekonomian

Mayoritas pekerjaan penduduk asli Belitang adalah bertani. Namun berbeda dengan nasib para petani di daerah lain di Sumsel yang umumnya pas-pasan, masyarakat petani di Belitang bisa dibilang hidup berkecukupan sandang, pangan, dan papan. Kemakmuran itu tercermin dari rumah-rumah penduduk yang rata-rata sudah bertembok, lantai tegel, atau plester semen. Sebagian rumah juga sudah dilengkapi antena parabola besar. Rasanya sulit ditemukan rumah dari bambu atau kayu yang reyot. Perkampungan Belitang juga ramai karena didukung akses jalan beraspal besar yang mulus, baik jalan menuju Martapura maupun ke Palembang. Di Kecamatan Belitang I, telah berdiri dealer mobil yang menunjukkan daya beli masyarakat sekitar lumayan tinggi.

Penutup
Dengan luasnya daerah pertanian yang ada di Belitang serta di tunjang irigasi yang sangat bagus, Belitang pasti akan menjadi daerah yang makmur. Apalagi pada tanggal 17 Januari kemarin, berkaitan dengan hari jadi OKU Timur, daerah Belitang di jadikan Kota Terpadu Mandiri (KTM) oleh menteri dalam negeri kabinet gotong royongnya SBY. Semoga kemakmuran dan kedamaian yang ada di Belitang akan merata, sehingga warga Belitang tidak perlu berbondong-bondong merantau ke Jakarta, hanya untuk sekedar mengadu nasip atau mencari sesuap nasi, seperti saya.

Tetap semangat, dan terus berjuang.

Jumat, 23 Januari 2009

KECAMATAN BELITANG III

I.
Luas dan Batas Wilayah
Secara administratif Kecamatan Belitang III terdiri dari 16 buah desa dengan luas wilayah sekitar 153,59 Km2. Jika dilihat dari luas setiap desa yang terdapat di Kecamatan Belitang III, maka desa yang memiliki luas wilayah terbesar adalah Desa Karya Makmur (dengan luas wilayah 20,65 Km2), sedangkan Desa Nusa Tenggara merupakan desa yang memiliki luas wilayah terkecil (yaitu 3,28 Km2). keadaan topografi Kecamatan Belitang III meliputi 81,27 persen tanah datar, 12,42 persen tanah berbukit-bukit dan sisanya yaitu 6,31 persen merupakan daerah rawa-rawa
Adapun Jarak Kecamatan Belitang III ke Ibukota Kabupaten (Kota Martapura) sekitar 60 Km, dengan batas-batas Kecamatan Belitang III adalah sebagai berikut: :
- Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Belitang II;
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Propinsi Lampung;
- Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI);
- Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Belitang I.
II.
Pemerintahan
Wilayah pemerintahan Kecamatan Belitang III meliputi 16 desa, dimana dari seluruh desa yang ada masih berstatus desa dan belum satupun yang berstatus kelurahan. Dari seluruh desa tersebut, terdapat 154 orang perangkat desa, 51 orang kepala dusun, 183 orang rukun tetangga dan 126 orang anggota BPD. Adapun desa yang termasuk wilayah Pemerintahan Kecamatan Belitang III adalah sebagai berikut :
1. Desa Karsa Jaya 7. Desa Nusaraya 13. Desa Nusa Maju
2. Desa Windusari 8. Desa Nusa Bali 14. Desa Nusa Agung
3. Desa Karya Makmur 9. Desa Nusa Bakti 15. Desa Nusa Jaya
4. Desa Tri Karya 10. Desa Senu Marga 16. Desa Nusa Tenggara
5. Desa Nusa Tunggal 11. Desa Karang Sari
6. Desa Kuto sari 12. Desa Sukanegara
III.
Penduduk
Pada tahun 2006, jumlah penduduk di Kecamatan Belitang III berjumlah 34.907 jiwa, dengan komposisi 18.169 jiwa berjenis kelamin laki-laki dan 16.738 jiwa berjenis kelamin perempuan. dengan demikian penduduk Kecamatan Belitang III lebih banyak yang laki-laki daripada yang perempuan. Berdasarkan jumlah penduduk dan luas wilayahnya dapatlah diketahui rata-rata kepadatan penduduk kecamatan Belitang III yaitu 227,27 jiwa setiap Ha. Desa Sukanegara merupakan desa yang memiliki jumlah penduduk terbesar, yaitu 5.549 jiwa. Sedangkan desa yang memiliki jumlah penduduk terkecil adalah Desa Senumarga dengan jumlah penduduk sebanyak 771 jiwa.
IV.
Sarana Pendidikan dan Kesehatan dan Tempat Ibadah
Jumlah Sekolah Dasar yang ada di Kecamatan Belitang III pada tahun 2006 berjumlah 28 unit sekolah yang seluruhnya adalah sekolah dasar negeri/inpres. Keseluruhan sekolah dasar tersebut menyebar di hampir setiap desa, dengan total murid SD negeri/inpres sebanyak 4.203 siswa dan keseluruhan tenaga pengajar (guru) SD negeri/inpres sebanyak 291 orang. Sementara jumlah SLTP di Kecamatan Belitang III ada sebanyak 2 unit sekolah dan jumlah SLTA/SMU berjumlah 2 unit sekolah. Adapun keseluruhan siswa SLTP sebanyak 1.010 siswa dan jumlah siswa SLTA/SMU sebanyak 741 siswa, yang diasuh oleh 40 guru SLTP dan 20 guru SLTA/SMU. Selain itu, terdapat pula 3 madrasah ibtidaiyah dan 1 madrasah tsanawiyah.
Fasilitas kesehatan yang terdapat di Kecamatan Belitang III meliputi 2 puskesmas 3 puskesmas pembantu, 14 klinik bersalin dan 57 posyandu. Sedangkan tenaga kesehatan meliputi 2 orang dokter, 7 orang perawat dan 19 orang bidan desa. Jika dilihat dari banyaknya penduduk yang tersebar pada 16 desa di Kecamatan Belitang III, maka ketersediaan fasilitas kesehatan maupun tenaga kesehatan tersebut masih belum memadai. Sementara untuk tempat ibadah pemeluk agama DI Kecamatan Belitang III sudah terdapat 35 masjid, 126 langgar/musholla, 10 gereja dan 9 Pura/Vihara yang tersebar di 16 desa.
V.
Potensi Kecamatan
Kecamatan Belitang III merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur (OKUT) yang berpotensi sebagai lahan pertanian dan perkebunan. Pemanfaatan tanah di Kecamatan Belitang III pada umumnya digunakan untuk pertanian padi (sawah), palawija, sayuran, hortikultura dan perkebunan rakyat. Selain itu, dalam kecamatan Belitang III juga memilki potensi peternakan besar maupun unggas.
Pada tahun 2006, semua tanah sawah yang terdapat di dalam Kecamatan Belitang III telah diusahakan, yaitu seluas 1.884 Ha. Seluas 916 Ha tanah sawah merupakan kategori sawah tadah hujan dan seluas 968 Ha tanah sawah di Kecamatan Belitang III telah menggunakan irigasi tehnis. Selain tanah sawah, di Kecamatan Belitang III juga terdapat tanah kering yang sebagian besar digunakan sebagai kebun/perkebunan, yaitu seluas 9.896 Ha. Luas perkebunan terbesar berada di Desa Windusari, yaitu sekitar 17,42 persen dari keseluruhan luas perkebunan yang berada di Kecamatan Belitang III. Selain digunakan sebagai lahan perkebunan, tanah kering yang terdapat di Kecamatan Belitang III digunakan pula untuk membangun tempat pemukiman penduduk dengan keseluruhan luas lahan kering yang digunakan untuk pemukiman/bangunan sekitar 3.292 Ha dan luas tanah kering yang dimanfaatkan selain untuk lahan perkebunan dan pemukiman seluas 277 Ha.
VI.
Industri dan Listrik dan Perdagangan
Pada tahun 2006, jumlah keseluruhan industri yang terdapat dalam Kecamatan Belitang III ada sebanyak 58 usaha dan mampu menyerap 70 orang tenaga kerja. Industri itu tersebar di tiap desa dalam Kecamatan Belitang III kecuali desa Nusa Agung dan Nusa Tenggara yang belum memiliki industri kerajinan rumah tangga. Dilihat dari jenis usaha yang terdapat dalam Kecamatan Belitang III, jumlah usaha reparasi (bengkel) mobil pada tahun 2006 berjumlah 3 usaha, Bengkel sepeda motor berjumlah 34 usaha, bengkel sepeda sebanyak 24 usaha, 14 usaha tukang cukur, 33 usaha tukang jahit, tukang photo sebanyak 5 usaha dan 9 usaha salon kecantikan
Sementara kebutuhan listrik di Kecamatan Belitang III sebagaian besar dipenuhi oleh PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan sebagian lagi masih disuplai oleh perusahaan-perusahaan non PLN. Sampai dengan tahun 2006, telah terdapat 4.723 rumah tangga di Kecamatan Belitang III yang menggunakan listrik PLN dan masih ada sebanyak 1.590 rumah tangga pengguna listrik non PLN.
Sektor perdagangan di Kecamatan Belitang III pada tahun 2006 memperlihatkan telah adanya geliat yang semakin menggembirakan, salah satu fakta yang mengindikasikan hal tersebut yaitu telah terdapatnya 10 lokasi perdagangan dalam bentuk pasar kalangan yang tersebar di hamper semua desa dalam Kecamatan Belitang III. Kalangan adalah sejenis pasar yang hanya aktif pada hari-hari tertentu saja dalam setiap minggunya. Hal lain yang mengindikasikan semakin majunya sektor perdagangan di Kecamatan Belitang III pada tahun 2006 yaitu sudah adanya 4 usaha besar, 245 usaha kecil/eceran dengan tempat tetap. Selain itu kehadiran lembaga keuangan di suatu daerah, baik dalam bentuk lembaga keuangan bank maupun lembaga keuangan bukan bank (KUD dan koperasi non-KUD) diharapkan mampu menjadi mitra yang baik bagi masyarakat dalam menghadapi berbagai kendala usaha, sehingga pada akhirnya diyakini akan lebih mampu memacu peningkatan perekonomian masyarakat dan tentu saja akan berdampak positif pada perkembangan ekonomi daerah. Pada tahun 2006, Kecamatan Belitang III telah memiliki 33 lembaga keuangan dalam bentuk koperasi, baik koperasi KUD maupun non KUD yang tersebar di seluruh desa dalam kecamatan Belitang III. Dari 33 koperasi tersebut hanya 3 yang merupakan Koperasi Unit Desa. Yang sangat disayangkan adalah belum adanya lembaga keuangan berbentuk Bank dalam wilayah kecamatan Belitang III.
VII.
Sarana Jalan dan Angkutan
Jalan merupakan prasarana pengangkutan darat yang sangat penting untuk memperlancar kegiatan perekonomian suatu daerah. Dengan semakin meningkatnya usaha pembangunan, maka mobilitas penduduk, barang dan jasa akan semakin tinggi, hal ini akan mengakibatkan tumbuhnya sektor-sektor ekonomi pendukung, yang secara otomatis akan dapat menyerap tenaga kerja lebih banyak. Pada tahun 2006, sebagian besar jalan darat di Kecamatan Belitang III masih berupa jalan tanah, yaitu sepanjang 77 km yang tersebar di 16 desa. Dari keseluruhan jalan yang terdapat di Dalam Kecamatan Belitang III dilihat dari jenis permukaannnya, maka ada 6 desa yang belum memiliki jalan aspal maupun jalan diperkeras, yaitu Desa Karsa Jaya, Desa Windu Sari, Desa Karya Makmur, Desa Tri Karya, Desa Senu Marga dan Desa Nusa Maju Dengan kata lain, keseluruhan jalan di 6 desa tersebut masih berupa jalan tanah. Sehingga diperlukan perhatian yang lebih dari pemerintah daerah dalam hal penyediaan prasarana transportasi berupa jalan yang berkualitas lebih baik untuk memperlancar mobilitas penduduk, barang dan jasa dari dan ke dalam desa-desa itu. Sementara untuk jumlah angkutan darat di dalam Kecamatan Belitang III pada tahun 2006 adalah 116 unit, yang terdiri dari 79 unit truk/mobil barang, 11 unit mobil penumpang, dan 26 unit ojek motor.

http://www.okutimurkab.go.id